LG memang bisa dibilang salah satu produsen yang suka memproduksi
smartphone dengan desain tidak umum. Setelah flagship sebelumnya, G2,
dibekali dengan tombol fisik di bodi bagian belakang, kini mucul G Flex
dengan bodinya yang melengkung.
Berbeda dengan Samsung Galaxy
Round yang punya lengkungan bersumbu vertikal, G Flex hadir dengan sumbu
horinzontal sehingga lengkungannya mirip pisang.
Selain
melengkung, ukuran bodi bongsor juga menjadi poin lain yang mencuri
perhatian. Layar ukuran 6 inch memang sangat besar untuk ukuran
smartphone sehingga G Flex sudah bisa dimasukkan dalam kategori phablet.
Walaupun
besar dan melengkung, G Flex masih cukup nyaman untuk dimasukan ke
dalam saku celana yang tidak ketat. Bodinya yang tipis juga membuat G
Flex cukup enak digenggam dengan satu tangan.
Adanya fitur One
Handed Operation untuk dapat menggeser letak keyboard dan juga tombol
navigasi juga semakin mempermudah pengoperasiannya.
Sesuai
namanya,G Flex, bodi smartphone ini memang fleksibel. Memang tidak
sampai bisa dilipat atau ditekuk, tapi bodinya bisa menjadi lurus jika
ditekan. Menariknya lagi, setelah ditekan bentuknya akan kembali
melengkung seperti semula.
Kemampuan untuk kembali melengkung
tersebut tentunya menjawab keraguan banyak pihak yang sempat meragukan
build quality dari G Flex.
Soal
material, LG masih percaya dengan material yang sama seperti pada G2.
Finishing glossy pada plastik berwarna abu-abu menjadi pilihan untuk
membalut bodi dari G Flex.
Kontruksi unibodi juga masih tetap
dipertahankan sehingga baterai tidak bisa diganti dan tidak memungkinkan
untuk menambah kapasitas memori internal 32 GB.
Cover
belakang G Flex memiliki fitur Self Healing yang cukup menarik
perhatian. Fitur ini memungkinkan cover belakang G Flex untuk 'sembuh'
jika tergores. Tidak sembuh sepenuhnya memang, tapi akan membuat bekas
goresan menjadi lebih tipis.
Walau demikian, fitur ini hanya
bekerja untuk goresan yang bersifat minor. Jika mendapat goresan yang
dalam, 'luka' tersebut akan tetap membekas.
Selebihnya tidak ada
yang spesial dari G Flex. Tombol volume up/down dan power masih
ditempatkan di belakang, bersama dengan kamera 13 MP plus LED flash
serta speaker. Port micro USB dan 3.5mm headphone jack terdapat di sisi
bawah.
Display
Tingkat kontras tinggi, dan saturasi layar yang pas membuat layar dari G Flex enak dilihat dalam waktu yang panjang. Kualitas viewing angle dan juga visibilitas saat digunakan di luar ruangan juga tak perlu dipertanyakan lagi karena sangat baik.
Sayangnya, resolusi yang diusung layar dari G Flex hanya 1280 X 720 atau belum tergolong full HD. Dengan ukuran yang besar dan resolusi kecil, tingkat kepadatan pixel pun hanya 245 ppi. Teks dan icon di layar terlihat tidak setajam dan sehalus jika melihat display full HD 1920 x 1080.
Perbedaan resolusi tadi memang tidak mengganggu atau mengurangi pengalaman yang ditawarkan, tapi jika mata penggunaannya sudah terbiasa dengan layar resolusi full HD, maka jelas ada yang kurang dari layar smartphone ini.
Saat para pencinta Android menanti-nanti ponsel dengan sistem operasi KitKat, LG masih menggunakan Jelly Bean 4.2.2 untuk G Flex. Memang bukan tidak mungkin kelak akan ada update untuk menggunakan OS terbaru, tapi jelas butuh waktu.
Dengan disematkannya chipset Snadragon 800 quad-core 2.27 GHz dan RAM 2 GB, performa dari G Flex sudah tentu sangat kencang. Tidak ada aktivitas yang tidak berjalan mulus saat dijalankan.
Gaming, browsing, nonton video HD, dan serangkaian tugas multitasking lainnya dapat dilahap dengan mudah.
G Flex mendapat keuntungan dari bodi yang bongsor dengan adanya baterai berkapasitas ekstra. Daya 3.500 mAh mampu menyokong G Flex untuk aktif seharian dengan penggunaan yang intensif seperti pada ilustrasi penggunaan berikut:
Setiap harinya G Flex full charge 100 persen pada pukul 7 pagi. Selanjutnya dibawa ke kantor untuk penggunaan seperti telepon, sosial media dan online chat.
Saat istirahat siang aktivitas menonton video di YouTube dan bermain game menjadi pilihan untuk mengisi waktu selama 15-20 menit.
Setelahnya penggunaan sama seperti pola yang pertama dan saat pulang ke rumah kapasitas baterai masih tersisa sekitar 15-20%.
Kamera pada G Flex mengusung resolusi 13 MP belakang dan 2.1 MP di depan. Kualitas foto yang dihasilkan sama bagusnya dengan G2, baik dari tingkat detail maupun keakuratan warna.
Satu hal yang disayangkan adalah absennya fitur OIS(Optical Image Stablization) sehingga cukup berpengaruh pada hasil foto khususnya dalam kondisi low light.
Modus pengambilan gmabar tidak ada yang berubah secara radikal jika dibandingkan dengan G2. Pilihan seperti mode HDR, panorama, burst shot, hingga dual camera masih dapat ditemukan pada G Flex.
Pilihan pengaturan pun tidak berubah sama sekali. Bightness, ISO, white balance, serta focus masih bisa diatur secara manual.
Meskipun secara keseluruhan sama dengan G2, G Flex ternyata menyelipkan fitur untuk pengguna yang suka berfoto selfie.
Dengan mengatur mode fokus menjadi face detection, pengguna cukup mengarahkan kamera belakang ke wajah, lalu tunggu lampu LED yang ada pada tombol power berubah menjadi warna hijau, dan click! Foto selfie dengan resolusi 13 MP pun tersimpan di gallery.
Memang tidak sepraktis Oppo N1 yang punya kamera berputar, tapi paling tidak LG menyediakan fitur yang berguna dan sesuai dengan tren selfie saat ini.
Perekaman video pada G Flex bisa dikatakan spesial. Adanya kemampuan untuk merekam video resolusi 4K UHD (3840x2160) adalah fitur yang bisa menjadi nilai lebih.
Sayangnya dengan resolusi layar yang bahkan tidak sampai 1080p, hasil video yang direkam dalam format 4K UHD tadi tidak akan bisa dinikmati secara maksimal.
Selebihnya, kemampuan rekam video 1080p 60 fps dan 30 fps masih tetap ada yang menghasilkan kualitas yang baik.
Berikut adalah hasil foto LG G Flex dalam berbagai kondisi.
Tampilan antar muka dari G Flex tidak banyak berubah kecuali ada tambahan themes 'Flex' yang bisa dipilih dari setting.
Notification bar yang ramai dan cenderung berantakan masih dipertahankan oleh LG. Bukan suatu yang besar memang karena jika tidak suka dengan UI yang ada, PlayStore menyediakan banyak pilihan launcher yang bisa diunduh.
Kemampuan multitasking tetap menjadi perhatian LG dalam G Flex. Fitur untuk membuka jendela tersendiri di atas sebuah aplikasi, serta slide a side untuk menyimpan aplikasi berjalan masih tetap ada seperti pada G2.
Bedanya pada G Flex, LG menyelipkan fitur multi window yang sebelumnya banyak ditemukan pada perangkat buatan Samsung. Dengan menahan tombol home, pilihan untuk membuka dua aplikasi secara bersamaan dalam satu layar akan muncul.
Hanya saja pada G Flex, ketika pengguna sedang menggunakan dual window, fitur Q Slide tetap dapat digunakan untuk membuka dua aplikasi tambahan. Ini artinya akan ada empat aplikasi yang berjalan dalam satu layar sekaligus. Wow!
0 comments:
Posting Komentar